MITOS
IMUNISASI
Imunisasi, 10 Mitos tentangnya:
1.
Vaksin MMR( measles, mumps dan
rubella) bisa menyebabkan anak autis.
Tidak ada hubungan antara vaksin MMR
dengan perkembangan anak autis, ini sudah dibuktikan melalui penelitian ilmiah.
Biasanya gejala autis pertama kali terlihat saat bayi berusia 12 sampai 18
bulan, dimana hampir bersamaan dengan diberikannya vaksin MMR. Kebanyakan autis
disebabkan oleh factor genetic, jadi jangan takut untuk memberikan vaksin MMR
pada anak.
2.
Terlalu banyak vaksin akan membebani
sistem imun .
Mitos ini tidak benar, karena meskipun
jumlah suntikan vaksin meningkat tapi jumlah antigen telah menurun. Selain itu
sistem imun manusia memberikan respon terhadap ratusan antigen dalam kehidupan
setiap hari. Berbagai penelitian tidak memperlihatkan meningkatnya penyakit
infeksi setelah adanya imunisasi.
3.
Tidak boleh memberikan ASI sesudah
vaksin polio.
Anak yang diberikan vaksin polio boleh
langsung diberikan ASI. Jika anak muntah setelah imunisasi bisa diberikan
kembali setelah 10 menit dengan dosis yang sama.
4.
Anak sakit flu tidak boleh imunisasi.
Jika anak hanya sakit flu ringan maka
boleh saja dilakukan imunisasi, asalkan anak tidak demam dan tida rewel. Jika
bayi sangat rewel maka tunda melakukan imunisasi
1 hingga 2 minggu.
5.
Lebih baik memberi natural infeksi dibanding dengan vaksinasi.
Mitos ini tidak benar. Suatu penyakit
bisa mengakibatkan kematian serta kecacatan yang permanen, dan dengan melakukan
vaksinasi dapat memberikan perlindungan tanpa efek samping yang berat.
6.
Sesudah imunisasi tidak akan tertular
penyakit tersebut.
Tidak ada vaksinansi yang memberikan
perlindungan terhadap suatu penyakit secara 100 persen. Bayi atau anak yang
telah melakukan imunisasi masih ada kemungkinan yang sangat kecil untuk bisa
tertular penyakit tersebut, namun akan jauh lebih ringan dibandingkan anak yang
tidak diimunisasi. Sehingga kemungkinan untuk disembuhkan jauh lebih besar.
7.
Jika saat balita sudah diimunisasi
lengkap, disekolah tidak perlu diimunisasi lagi.
Ada beberapa imunisasi yang perlu
diulang saat sekolah dasar yaitu imunisasi campak dan DT saat kelas 1 dan
imunisasi TT saat kelas 2, 3 dan 6. Karena banyak anak yang sudah divaksin
waktu bayi ternyata pada umur 5 sampai 7 tahun 28,3% terkena campak, pada umur
lebih dari 10 tahun mereka terkena difteria, serta untuk pemberantasan tetanus
dibutuhkan 5 kali suntikan TT sejak bayi hingga dewasa sehingga kekebalan pada
umur dewasa bisa berlangsung hingga 20 tahun lagi.
8.
Imunisasi dapat menyebabkan penyakit,
yang seharusnya dicegah dengan vaksin tersebut.
Hal ini tidak benar mustahil anak
memperoleh penyakit dari imunisasi yang dibuat dari kuman mati atau dilemahkan.
Imunisasi yang dibuat dari kuman hidup dan dilemahkan termasuk imunisasi
Campak, Gabak (Rubella), gondong, cacar air, BCG, Volio< dan Rota virus.
9.
Kalau semua anak lain menerima
imunisasi, berarti anakku terlindungi dari resiko tertular.
Fakta:
kalau satu anak tidak menerima imunisasi, ada kemungkinan anak-anak yang
lain juga tidak menerima imunisasi.
10. Imunisasi
sepertinya tidak efektif 100%, sia-sia saja anak diberikan imunisasi.
Fakta: jarang ada keberhasilan 100%
didunia kesehatan. Namun kini imunisasi yang diberikan 85-99% berhasil
merangsang tubuh membuat antibody. Lebih baik bayi menangis 1 menit, karena
disuntik imunisasi, daripada anak meninggal karena difteri, tetanus, campak,
atau karena penyakit lain dalam kategori imunisasi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar