Kamis, 29 November 2012

PERDARAHAN POST PARTUM


I. PERDARAHAN POST PARTUM
Definisi
Perdarahan post partum didefinisikan sebagai hilangnya 500 ml atau lebih darah setelah anak lahir. Pritchard dkk mendapatkan bahwa sekitar 5% wanita yang melahirkan pervaginam kehilangan lebih dari 1000 ml darah.
Epidemiologi
Perdarahan post partum dini jarang disebabkan oleh retensi potongan plasenta yang kecil, tetapi plasenta yang tersisa sering menyebabkan perdarahan pada akhir masa nifas.1 Kadang-kadang plasenta tidak segera terlepas. Bidang obstetri membuat batas-batas durasi kala tiga secara agak ketat sebagai upaya untuk mendefenisikan retensio plasenta shingga perdarahan akibat terlalu lambatnya pemisahan plasenta dapat dikurangi. Combs dan Laros meneliti 12.275 persalinan pervaginam tunggal dan melaporkan median durasi kala III adalah 6 menit dan 3,3% berlangsung lebih dari 30 menit. Beberapa tindakan untuk mengatasi perdarahan, termasuk kuretase atau transfusi, menigkat pada kala tiga yang mendekati 30 menit atau lebih.1
Efek perdarahan banyak bergantung pada volume darah pada sebelum hamil dan derajat anemia saat kelahiran. Gambaran perdarahan post partum yang dapat mengecohkan adalah nadi dan tekanan darah yang masih dalam batas normal sampai terjadi kehilangan darah yang sangat banyak.1
Klasifikasi
Klasifikasi perdarahan postpartum :1,4,9
  1. Perdarahan post partum primer / dini  (early postpartum hemarrhage), yaitu perdarahan yang terjadi dalam 24 jam pertama. Penyebab utamanya adalah atonia uteri, retention plasenta, sisa plasenta dan robekan jalan lahir. Banyaknya terjadi pada 2 jam pertama
  2. Perdarahan Post Partum Sekunder / lambat (late postpartum hemorrhage), yaitu-perdarahan yang terjadi setelah 24 jam pertama.
Etiologi
Etiologi dari perdarahan post partum berdasarkan klasifikasi di atas, adalah :1,9
a.   Etiologi perdarahan postpartum dini :
1. Atonia uteri
Faktor predisposisi terjadinya atoni uteri adalah :
  • Umur yang terlalu muda / tua
  • Prioritas sering di jumpai pada multipara dan grande mutipara
  • Partus lama dan partus terlantar
  • Uterus terlalu regang dan besar misal pada gemelli, hidromnion / janin besar
  • Kelainan pada uterus seperti mioma uteri, uterus couveloair pada solusio  plasenta
  • Faktor sosial ekonomi yaitu malnutrisi
2. Laserasi  Jalan lahir : robekan perineum, vagina serviks, forniks dan rahim. Dapat menimbulkan perdarahan yang banyak apabila tidak segera di reparasi.
3. Hematoma
Hematoma yang biasanya terdapat pada daerah-daerah yang mengalami laserasi atau pada daerah jahitan perineum.
4. Lain-lain
Sisa plasenta atau selaput janin yang menghalangi kontraksi uterus, sehingga masih ada pembuluh darah yang tetap terbuka, Ruptura uteri, Inversio uteri
b.   Etiologi perdarahan postpartum lambat :
  1. Tertinggalnya sebagian plasenta
  2. Subinvolusi di daerah insersi plasenta
  3. Dari luka bekas seksio sesaria
Diagnosis
Untuk membuat diagnosis perdarahan postpartum perlu diperhatikan ada perdarahan yang menimbulkan hipotensi dan anemia. apabila hal ini dibiarkan berlangsung terus, pasien akan jatuh dalam keadaan syok. perdarahan postpartum tidak hanya terjadi pada mereka yang mempunyai predisposisi, tetapi pada setiap persalinan kemungkinan untuk terjadinya perdarahan postpartum selalu ada. 9
Perdarahan yang terjadi dapat deras atau merembes. perdarahan yang deras biasanya akan segera menarik perhatian, sehingga cepat ditangani sedangkan perdarahan yang merembes karena kurang nampak sering kali tidak mendapat perhatian. Perdarahan yang bersifat merembes bila berlangsung lama akan mengakibatkan kehilangan darah yang banyak. Untuk menentukan jumlah perdarahan, maka darah yang keluar setelah uri lahir harus ditampung dan dicatat. 9
Kadang-kadang perdarahan terjadi tidak keluar dari vagina, tetapi menumpuk di vagina dan di dalam uterus. Keadaan ini biasanya diketahui karena adanya kenaikan fundus uteri setelah uri keluar. Untuk menentukan etiologi dari perdarahan postpartum diperlukan pemeriksaan lengkap yang meliputi anamnesis, pemeriksaan umum, pemeriksaan abdomen dan pemeriksaan dalam. 9
Pada atonia uteri terjadi kegagalan kontraksi uterus, sehingga pada palpasi abdomen uterus didapatkan membesar dan lembek. Sedangkan pada laserasi jalan lahir uterus berkontraksi dengan baik sehingga pada palpasi teraba uterus yang keras. Dengan pemeriksaan dalam dilakukan eksplorasi vagina, uterus dan pemeriksaan inspekulo. Dengan cara ini dapat ditentukan adanya robekan dari serviks, vagina, hematoma dan adanya sisa-sisa plasenta.9
Pencegahan dan Penanganan
Cara  yang terbaik untuk mencegah terjadinya perdarahan post partum adalah memimpin kala II dan kala III persalinan secara lega artis. Apabila persalinan diawasi oleh seorang dokter spesialis obstetrik dan ginekologi ada yang menganjurkan untuk memberikan suntikan ergometrin secara IV setelah anak lahir, dengan tujuan untuk mengurangi jumlah perdarahan yang terjadi.9
Penanganan umum pada perdarahan post partum :10
  • Ketahui dengan pasti kondisi pasien sejak awal (saat masuk)
  • Pimpin persalinan dengan mengacu pada persalinan bersih dan aman (termasuk upaya pencegahan perdarahan pasca persalinan)
  • Lakukan observasi melekat pada 2 jam pertama pasca persalinan (di ruang persalinan) dan lanjutkan pemantauan terjadwal hingga 4 jam berikutnya (di ruang rawat gabung).
  • Selalu siapkan keperluan tindakan gawat darurat
  • Segera lakukan penlilaian klinik dan upaya pertolongan apabila dihadapkan dengan masalah dan komplikasi
  • Atasi syok
  • Pastikan kontraksi berlangsung baik (keluarkan bekuan darah, lakukam pijatan uterus, berikan uterotonika 10 IU IM dilanjutkan infus 20 IU dalam 500cc NS/RL dengan 40 tetesan permenit.
  • Pastikan plasenta telah lahir dan lengkap, eksplorasi kemungkinan robekan jalan lahir.
  • Bila perdarahan terus berlangsung, lakukan uji beku darah.
  • Pasang kateter tetap dan lakukan pemantauan input-output cairan
  • Cari penyebab perdarahan dan lakukan penangan spesifik.
II. RETENSIO PLASENTA DAN SISA PLASENTA (PLACENTAL REST)
Perdarahan postpartum dini dapat terjadi sebagai akibat tertinggalnya sisa plasenta atau selaput janin. bila hal tersebut terjadi, harus dikeluarkan secara manual atau di kuretase disusul dengan pemberian obat-obat uterotonika intravena.9 Perlu dibedakan antara retensio plasenta dengan sisa plasenta (rest placenta). Dimana retensio plasenta adalah plasenta yang belum lahir seluruhnya dalam setengah jam setelah janin lahir. Sedangkan sisa plasenta merupakan tertinggalnya bagian plasenta dalam uterus yang dapat menimbulkan perdarahan post partum primer atau perdarahan post partum sekunder.5
Sewaktu suatu bagian plasenta (satu atau lebih lobus) tertinggal, maka uterus tidak dapat berkontraksi secara efektif dan keadaan ini dapat menimbulkan perdarahan. Gejala dan tanda yang bisa ditemui adalah perdarahan segera, uterus berkontraksi tetapi tinggi fundus tidak berkurang.6
Sebab-sebab plasenta belum lahir, bisa oleh karena:
  1. Plasenta belum lepas dari dinding uterus
  2. Plasenta sudah lepas akan tetapi belum dilahirkan
Apabila plasenta belum lahir sama sekali, tidak terjadi perdarahan, jika lepas sebagian terjadi perdarahan yang merupakan indikasi untuk mengeluarkannya. Plasenta belum lepas dari dinding uterus bisa karena: 5
  1. Kontraksi uterus kurang kuat untuk melepaskan plasenta ( plasenta adhesiva)
  2. Plasenta melekat erat pada dinding uterus oleh sebab vili korialis menembus desidua sampai miometrium.
Plasenta yang sudah lepas dari dinding uterus akan tetapi belum keluar, disebabkan tidak adanya usaha untuk melahirkan, atau salah penanganan kala tiga, sehingga terjadi lingkaran konstriksi pada bagian bawah uterus yang menghalangi keluarnya plasenta.5
Penanganan perdarahan postpartum yang disebabkan oleh sisa plasenta :9
  • Penemuan secara dini hanya mungkin dengan melakukan pemeriksaan kelengkapan plasenta setelah dilahirkan. Pada kasus sisa plasenta dengan perdarahan pasca persalinan lanjut, sebagian besar pasien akan kembali lagi ke tempat bersalin dengan keluhan perdarahan
  • Berikan antibiotika, ampisilin dosis awal 1g IV dilanjutkan dengan 3 x 1g oral dikombinasikan dengan metronidazol 1g supositoria dilanjutkan dengan 3 x 500mg oral.
  • Lakukan eksplorasi (bila servik terbuka) dan mengeluarkan bekuan darah atau jaringan. Bila servik hanya dapat dilalui oleh instrument, lakukan evakuasi sisa plasenta dengan AMV atau dilatasi dan kuretase
  • Bila kadar Hb<8 gr% berikan transfusi darah. Bila kadar Hb>8 gr%, berikan sulfas ferosus 600 mg/hari selama 10 hari. 5
III. TINDAKAN OPERATIF DALAM KALA URI
Tindakan operatif yang dapat dilakukan dalam kala uri persalinan adalah :7,8
A. PERASAT CREDE’7
Perasat crede’ bermaksud melahirkan plasenta yang belum terlepas dengan ekspresi :
1.      Syarat : Uterus berkontraksi baik dan vesika urinaria kosong
2.      Teknik pelaksanaan
  • Fundus uterus dipegang oleh tangan kanan sedemikian rupa, sehingga ibu jari terletak pada permukaan depan uterus sedangkan jari lainnya pada fundus dan permukaan belakang. setelah uterus dengan rangsangan tangan berkontraksi baik, maka uterus ditekan ke arah jalan lahir. gerakan jari-jari seperti meremas jeruk. perasat Crede’ tidak boleh dilakukan pada uterus yang tidak berkontraksi karena dapat menimbulkan inversion uteri
  • Perasat Crede’ dapat dicoba sebelum meningkat pada pelepasan plasenta secara manual.
B. MANUAL PLASENTA
Indikasi
Indikasi pelepasan plasenta secara manual adalah pada keadaan perdarahan pada kala tiga persalinan kurang lebih 400 cc yang tidak dapat dihentikan dengan uterotonika dan masase, retensio plasenta setelah 30 menit anak lahir, setelah persalinan buatan yang sulit seperti forsep tinggi, versi ekstraksi, perforasi, dan dibutuhkan untuk eksplorasi jalan lahir dan tali pusat putus.7
Teknik Plasenta Manual
Sebelum dikerjakan, penderita disiapkan pada posisi litotomi. Keadaan umum penderita diperbaiki sebesar mungkin, atau diinfus NaCl atau Ringer Laktat. Anestesi diperlukan kalau ada constriction ring dengan memberikan suntikan diazepam 10 mg intramuskular. Anestesi ini berguna untuk mengatasi rasa nyeri. Operator berdiri atau duduk dihadapan vulva dengan salah satu tangannya (tangan kiri) meregang tali pusat, tangan yang lain (tangan kanan) dengan jari-jari dikuncupkan membentuk kerucut.8

Minggu, 25 November 2012

DIAPERUSH


DIAPERUSH
A. Definisi
Diaperush adalah luka lecet atau merah-merah pada bayi yang disebabkan oleh pemakaian pampers. Diaperush atau Eksim popok merupakan peradangan kulit didaerah popok yang paling sering diderita oleh bayi dan anak. Kelainan ini dapat diderita oleh bayi laki-laki maupun perempuan. Pasien rawat jalan yang menderita kelainan ini berjumlah sekitar 1 juta anak setiap tahunnya. (Jordan,1995;dalam Putri,Nitya Harinda,2008 )

B.   Etiologi/Penyebab
1.      Terlalu lembab
2.      Luka atau gesekan
3.      Kulit terlalu lama terkena urine, feses, atau keduanya
4.      Infeksi jamur
5.      Infeksi bakteri
6.      Reaksi alergi terhadap bahan popok

C.  Gejala
Gejala eksim popok bervariasi, dapat bersifat ringan sampai parah.
1.      Tanda-tanda dini kelainan ini berupa kemerahan ringan dikulit daerah popok yang bersifat terbatas, disertai dengan lecet atau luka ringan pada kulit.
2.      Kelainan derajat sedang berupa kemerahan dengan atau tanpa bintil-bintil yang tersusun disekitarnya seperti satelit, disertai lecet-lecet yang meliputi permukaan luas, biasanya terasa nyeri dan tidak nyaman
3.      Pada eksim popok yang parah ditemukan kemerahan yang hebat disertai dengan bintil-bintil merah bernanah yang meliputi daerah kulit yang luas.
D.  Macam-Macam Diaperush
1.      Diaperush iritan
Kelainan ini merupakan bentuk eksim popok yang paling sering ditemukan dan dapat sembuh secara spontan. Kelainan ini timbul akibat kerusakan sawar kulit ari. Factor-faktor yang dapat menimbulkan kerusakan sawar kulit ari antara lain diare, beser, dan operasi usus. Kelainan ini dapat meningkatkan kemungkinan terjadinnya eksim popok candida.
2.      Diaperush candida
Kelainan ini merupakan kelainan kedua terbanyak yang ditemukan didaerah popok. Kelainan yang ditemukan berupa bintil atau bercak berwarna merah terang, basah dengan lecet-lecet pda selaput lender anus dan kulit sekitar anus disertai bintil-bintil yang tersusun seperti satelit yang sangat khas. Kelainan ini dapat disertai dengan oral thrush. Jamur candida yang berasal dari usus pun sering mengkontaminasi  kulit yang mengalami eksim popok dan jumlah jamur candida ini kian meningkat seiring dengan bertambah parahnya kelainan.

Kelainan yang dapat ditemukan pada anak yang memakai popok:
§  Kelainan ringan, hanya berupa kulit memerah basah, kadang-kadang disertai dengan bercak-bercak bersisik pada daerah kemaluan genital dan bokong. Kelainan ini mulai terjadi pada daerah kulit yang berkontak paling erat dengan popok.
§  Gejala yang lebih parah dapat berupa bintil-bintil kemerahan, bersisik, lecet dan basah, terutama didaerah lipatan dan kadang-kadang disertai dengan pembekakan. Bayi atau anak dengan kelainan tersebut menjadi rewel akibat nyeri, terutama waktu buang air kecil/air besar.
E.   Penanganan
Ø  Gantilah popok yang telah penuh sesering mungkin.
Gunakan air bersih untuk membersihkan area popok setiap kali  mengganti popok.
Ø  Gunakan air mengalir sehingga anda dapat membersihkandan membilas tanpa tidak perlu menggosok.
Ø  Gunakan tipis-tipis ointment atau krim pelindung (seperti yang mengandung zinx ixide atau petrolatum) untuk membentuk lapisan pelindung pada kulit. Salep ini biasanya tebal dan lengket dan tidak hilang, seluruhnya pada penggantian popok berikutnya. Perlu diingat garukan keras atau gosokan kuat hanya akan lebih memperberat kerusakan kulit.
Ø  Konsultasikan dengan dokter anda bila terjadi:
a. Melepuh atau terdapat nanah
b. Tidak hilang dalam waktu 48 sampai 72 jam
c. Menjadi lebih berat
 Gunakan krim yang mengandung steroid hanya bila ada rekomendasi dari dokter.
Lakukan langkah-langkah berikut supaya pemakaian pampers pada bayi tidak menyebabkan diaperush :
Ø  Sebelum mengganti atau menggunakan diapers, pastikan tangan yang memakainya bersih. Bersihkan area popok bayi; lipatan paha, paha atas, anus dan kelamin.
Ø  Gunakan lap basah untuk membersihkan. Dan lap kering untukmengeringkan sebelum dipakaikan diapers kembali.
Ø  Agar bayi tidak terkena iritasi oleskan baby oil atau krim khusus pada area popok.
Ø  Pakaikan diapers sesuai ukuran, jangan memberikan diapers terlalu besar atau kecil.
Ø  Perhatikan cara penggunaannya, pemakaian diapers yang benar akan memberi kenyamanan bagi bayi.
Sebaiknya seringlah mengganti diaper kalau memang sudah kotor atau  “penuh”. Frekuensi penggantian sangat tergantung frekuensi buang airkecil atau buang air besar bayi. Jangan tunggu sampai diaper tercium bauamoniak, karena inilah yang bisa mengakibatkan kuman mengiritasi kulit.
Saat mengganti diapers, ulangi proses pembersihan sepertidisebut di atas.
Setelah itu, biarkan bayi tanpa diapers sebentar, agar kulitnya “bernafas”.
F.  Pencegahan
Tindakan pencegahan ditujukan menghilangkan faktor-faktor yang dapat menimbulkan diaperush yaitu:
1.      Menghilangkan kelembaban dan gesekan kulit, dengan cara:
a.       Mengganti popok segera setelah buang air kecil dan air besar
b.      Sewaktu mengganti popok, bersihkan kulit secara lembut dengan air. Gunakan sabun lembut setelah buang air besar, lalu bilas sampai bersih, keringkan dengan handuk atau akin halus dan lembut, anginkan sebentar, baru memakai popok yang baru.
c.       Oleskan bedak, krim, atau salep untuk melindungi kulit agar mengurangi gesekan. Pemakaian bedak harus dilakukan pada keadaan kulit kering atau tidak basah,secara hati-hati serta tidak berlebihan agar tidak terhirup oleh bayi dan anak yang dapat mengakibatkan terjadinya gangguan pernapasan.
2.      Memilih popok yang baik 
Hasil penelitian menunjukkan popok sekali pakai lebih jarang menimbulkan diaperush pada bayi dan anak dibandingkan dengan popok lain. Hal lain disebabkan popok sekali pakai biasanya mengandung bahan yang dapat menyerap cairan sehingga kulit menjadi lebih kering dan dapat mempertahankan pH kulit mendekati pH normal.